Bogor, (RADARNEWS.ID) – Pada 10 Maret 2020
Presiden Republik Indonesia (Joko Widodo) Merupakan kehormatan bagi saya menerima kunjungan Yang Mulia Raja Willem-Alexander beserta Ratu Maxima dan delegasi Belanda ke Indonesia.
Ini adalah kunjungan kenegaraan pertama yang dilakukan Kepala Negara Kerajaan Belanda sejak 25 tahun yang lalu.
Dan dalam kunjungan kenegaraan tahun 1995 yang lalu, Raja Willem-Alexander sebagai putra mahkota ikut mendampingi Ratu Beatrix ke Indonesia.
Dengan demikian, ini bukan merupakan kunjungan pertama beliau ke Indonesia.
Saya juga sering bertemu dan melakukan pembicaraan dengan Ratu Maxima dalam kapasitas beliau sebagai Penasihat Khusus Sekjen PBB untuk Urusan Keuangan Inklusif.
Raja Willem-Alexander dan Ratu Maxima yang saya hormati, Tahun ini Indonesia merayakan 75 tahun kemerdekaan Indonesia yang kita proklamasikan pada 17 Agustus 1945. Di 75 tahun usianya, Indonesia terus berusaha menjadi bagian penyelesaian masalah dunia, berusaha terus berkontribusi bagi perdamaian dan kesejahteraan dunia.
Kita menyaksikan dunia yang dipenuhi dengan ketidakpastian, dunia yang dipenuhi dengan dinamika yang sangat tinggi.
Ketidakpastian tersebut dapat dikurangi jika negara-negara di dunia melakukan kerja sama yang saling menguntungkan dan yang saling menghormati.
Perdamaian dan stabilitas dunia dapat tercapai jika negara di dunia melakukan hubungan berdasarkan penghormatan terhadap kedaulatan dan integritas wilayah negara lain.
Dan saya ingin mengajak Sri Baginda untuk membangun sebuah hubungan yang kuat berdasarkan prinsip-prinsip tersebut.
Sri Baginda Raja Willem-Alexander dan Ratu Maxima, Belanda adalah salah satu mitra penting Indonesia di Eropa, salah satu mitra strategis di bidang perdagangan, investasi, dan pariwisata.
Di kawasan Eropa, Belanda merupakan mitra dagang Indonesia terbesar kedua, mitra investasi terbesar pertama, dan mitra pariwisata terbesar keempat.
Saya menyambut baik kunjungan Sri Baginda yang juga disertai pengusaha Belanda dalam jumlah yang besar.
Dan selama kunjungan Yang Mulia Sri Baginda, kita telah melakukan penandatanganan berbagai kerja sama antarpemerintah.
Beberapa kerja sama yang baru yang penting antara lain keberkelanjutan kerja sama dalam isu women, peace, and security, kemudian kerja sama pengelolaan pengendalian penyakit menular.
Selain itu, sejumlah kerja sama antarbisnis juga dilakukan dengan nilai yang cukup besar, mencapai kurang lebih USD1 miliar.
Dan sebagai penutup, saya ingin menyampaikan bahwa kita tentu tidak dapat menghapus sejarah, namun kita dapat belajar dari masa lalu.
Kita jadikan pelajaran sejarah tersebut untuk meneguhkan komitmen kita membangun sebuah hubungan yang setara, yang saling menghormati, dan saling menguntungkan.
Demikian yang saya sampaikan. Saya mengundang Yang Mulia Sri Baginda untuk menyampaikan pernyataannya.(efrizal).