Beranda Daerah Dharmasraya Petro Dollar nya Sumatera Barat , Banyak Menyimpan Kisah Perih

Dharmasraya Petro Dollar nya Sumatera Barat , Banyak Menyimpan Kisah Perih

837
BERBAGI

Dharmasraya ,(radarnews.id)-Terasa segar masih dalam ingatan kita, Rahel Wahyu Satria 11tahun, warga Jorong Padang Bintungan (,Blok D) Nagari Sialang Gaung, Kecamatan Koto Baru, yang tergolek lemas karna menderita penyakit meningitis, sakit panas yang telah membuat Rahel wahyu satria , telah mengalami sakit kelumpuhan hingga tak bisa makan dan hanya mengkomsumsi susu.

Di daerah yang berjulukan petro dollar sumbari ini dari hasil pemekaran kabupaten Sijunjung , telah mulai terasa menyimpan yaitu tentang cerita duka yang dialami oleh sebahagian masyarakatnya.

Yaitu Mulai dari gizi buruk hingga mengalami kelumpuhan. Dan sangat Mirisnya lagi , tentang cerita sedih itu luput dari pandangan , perhatian serta pengawasan oleh pemerintahan daerah dharmasraya.

Satu lagi anak penderita , sakit yang sama juga rahek di derita oleh Filsa Liana 10 tahun, warga Jorong Tanjuang Batuang, Nagari Koto Tinggi, Kecamatan Koto Besar, Dharmasraya yang lumpuh sejak usianya memasuki 1tahun.

“Sama dengan Rahel Awalnya demam panas tinggi dan kejang-kejang hingga akhirnya lumpuh hingga kini,” kata orang tuanya, Epi Widyanto, 39 tahun, pada awak media, Rabu 18/11/2020.

Serta kondisi yang sangat memillukan itu terjadi usai dirinya yang membawa putri semata wayangnya ke Rumah Sakit M.Jamil Padang beberapa tahun yang lalu, karena mengalami demam panas tinggi.

“Adapun Kondisi yang di alami ini yaitu sakit kelumpuhan , bukan dari lahir, tapi saat usia anak kita ini berusia 1tahun,” ucap epi widyianto dengan bibir bergetar karna menahan air mata.

Epi Widyanto yang juga bekerja sebagai pekerja serabutan ini , mencoba mengungkapkan, selain menderita kelumpuhan, anak satu-satunya itu juga kesulitan makan dan hanya dapat mengkonsumsi yang lembut-lembut saja seperti bubur .

” Dia hanya bisa minum susu sambil berbaring dan kalau makan cuma bisa yang lembut-lembut aja,” kata epi widyianto..

Bapak dengan satu anak ini yang masih tinggal satu rumah dengan orang tuanya itu, harus mengeluarkan uang sebesar Rp. 30 hingga 50 ribu per hari untuk kebutuhan putrinya.

” Dalam Sehari kalau saya kerja, penghasilan saya paling cuma Rp100 Ribu,” ungkapnya yang di dampingi oleh istri Melia Wati, 40 tahun.

Dia juga mengakui, tidak pernah mendapatkan bantuan dari pihak pihak manapun juga , untuk kebutuhan putrinya.

Bantuan dari pemerintah maupun dari para para dermawan termasuk para pengusaha , belum pernah ada yang membantu.

“Baru-baru ini kita dapat bantuan BLT Covid Rp.300 ribu, dan itu hanya sekali saja,” katanya.

” Dulunya, memang ada dari pihak Nagari ( Desa ) yang telah melakukan pendataan, katanya mau diajukan ke instansi terkait, agar bisa untuk mendapatkan bantuan. Nyatanya, hingga saat ini jbantuan tersebut tak juga kunjung ada.

“Saya tentu sangat mengharapkan, pada pemerintah, dermawan atau pengusaha untuk sudi mengulurkan tangan dan membantu putri kami, yang saat ini butuh keperluan susu dan pampers,” harapnya.

Secara Terpisah, ketua III komisioner Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) Dharmasraya, Ridwan Syarif, menyerukan agar pihak keluarga segera dapat mengajukan bentuk permohonan bantuan ke Baznas untuk memenuhi biaya kebutuhan anak tersebut.

” Saya berharap Pihak keluarga atau dari nagari ( Desa ) silahkan ajukan permohonan, dengan melengkapi seluruh persyaratan, apa saja syaratnya, langsung saja ke Baznas,” katanya.

(efizal).