Jakarta, ( Radar News) -Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir berencana membuat holding rumah sakit milik BUMN. Erick menilai rumah sakit memiliki potensi besar bagi BUMN apabila dikelola dengan baik.
Defisit neraca di sektor kesehatan Indonesia saat ini, menurutnya masih cukup tinggi, hingga US$ 6 miliar atau sekitar Rp 84 triliun. Situasi ini terjadi karena banyak orang Indonesia yang memilih untuk berobat di luar negeri.
“Karena industri kesehatan kita, mohon maaf, belum dipercaya,” kata Erick di Kantor Kementerian Luar Negeri, Jakarta, Kamis (9/1/2019).
Ia meyakini melalui holding, rumah sakit BUMN dapat semakin berkualitas dan bisa dipercaya. Kendati begitu, ia tak bermaksud mematikan rumah sakit swasta yang ada di Indonesia.
“Peningkatan kualitas rumah sakit BUMN merupakan bagian dari kompetisi yang wajar,” katanya.
Dia mengatakan, jika bisnis tersebut dikonsolidasikan, omzet terbilang besar, yaitu Rp 5 triliun per tahun. “RS BUMN sendiri punya revenue kalau dikonsolidasikan sekitar Rp 5 triliun revenue-nya per tahun, kaget kan? saya saja kaget,” kata Erick
Oleh karena itu, ia meminta BUMN yang tidak memiliki inti bisnis rumah sakit namun memiliki rumah sakit untuk kembali fokus pada inti bisnis masing-masing seperti Pelni, Pertamina, hingga Pelindo.
“Struktur holding rumah sakit ini masih dibahas, yang pasti akan ada holding rumah sakit dengan para pemiliknya nanti BUMN-BUMN yang punya rumah sakit,” ujar Erick.
Menurutnya, salah satu metode mewujudkan tata kelola perusahaan yang baik, termasuk pada holding rumah sakit ialah dengan mendorong agar go publik.
“Kalau go publik semua orang mengawasi, tidak hanya kami, tapi juga publik, BPK, dan auditor,” ucap Erick.
Erick telah memiliki gambaran bagi rencana holding rumah sakit, salah satunya dengan menjalin kerja sama dengan negara lain. Erick menilai peluang kerja sama terbuka lebar, salah satunya mengenai pengiriman tenaga kerja suster dari Indonesia ke Jepang.(efrizal)