DHARMASRAYA, (RADARNEWS.ID) – Sejak disebut-sebut sebagai salah satu altenatif pencegahan penularan Covid19, harga jahe merah di Kabupaten Dharmasraya, Sumatera Barat naik signifikan. Bahkan para pedagang dan masyarakat sudah kesulitan mendapatkan jahe merah tersebut. Harga jahe merah yang biasanya Rp30 ribu naik menjadi Rp50 ribu per kilogram. Hal ini terjadi sejak wabah virus corona jenis baru (COVID) masuk ke Indonesia.
“Selain naik, jahe merah juga sulit didapat. Ini sudah berlansung sejak seminggu terakhir,” kata penjual Skoteng David (38) kepada radarnews.id di Pulau Punjung, Minggu (29/3).
Menurutnya, harga jahe naik karena dicari banyak orang sejak beredar isu bahwa rempah itu dapat mencegah penularan virus Corona.
“Awalnya juga bingung kenapa naik. Ternyata telah beredar di medsos dan masyarakat bahwa jahe merah dapat menangkal virus covid19 ini,” ujarnya
David menjelaskan bahwa para pedagang skoteng seperti dirinya, jahe merah didapatkan dari petani asal kabupaten Solok.
“Kita beli langsung dari petani jahe di Solok, namun sudahh sepekan ini agak sulit mendapatkan jahe merah,” katanya.
Meskipun naik katanya, ia tidak menaikkan harga jual skotengnya. Satu gelas sekoteng dijual dengan harga Rp8.000. Kalau sekoteng dicampur telur bebek Rp10.000 per gelas.
Setiap malam dapat menjual 80 sampai 90 gelas minuman dari air jahe, lanjut dia.
“Selain skoteng kami juga menjual minuman bandrek, bedanya bandrek tidak pakai campuran melainkan hanya air jahe dikasi susu,” ujarnya.
Ia menambahkan sekoteng adalah minuman dari air jahe yang dihidangkan panas. Bahan lain yang dicampur ke dalam minuman sekoteng antara lain kacang hijau, kacang tanah, pacar cina, dan potongan roti tawar.
Terpisah, Juri Bicara Penanganan COVID-19 Dharmasraya, dr Rahmadian kembali melaporkan update terbaru data komulatif penanganan covid19 di Dharmasraya. Bahwasanya jumlah warga Dharmasraya yang masuk dalam pantauan hingga Minggu (29/3) jumlah warga yang masuk dalam kategori Pelaku Perjalanan Daerah Terjangkit (PPT) mencapai 1.058 meningkat dari sebelumnya hanya 775 orang. Sementara Orang Dalam Pemantauan (ODP) sebanyak 56 orang, meningkat dari sebelumnya 39 orang, dan Pasien Dalam Pengawasan berjumlah 1 orang
“1.058 orang PPT dan orang-orang yang punya keluhan seperti demam, batuk, diantara PPT itu ada 59 orang. Mereka ini dikategorikan sebagai Orang Dalam Pemantauan (ODP). Diantara jumlah itu, juga ada yang telah selesai diamati selama 14 hari oleh petugas kesehatan sebanyak 18 orang. kemudian jumlah PDP saat ini 1 orang di RSUD M. Jamil Padang,” jelasnya
Rahmadian meminta agar masyarakat kooperatif dalam melaporkan jika memang sudah melakukan perjalanan atau mengalami kendala sejenis civid19 sampaikan ke pihak medis.
“Kami sangat mohon kepada masyarakat untuk koperatif, ceritakan apa saja, jangan di tutup-tutupi karena akan menjadi masalah bagaimana kondisi waktu di daerah terjangkit dan penting untuk penelitian epidomelogi untuk di pntau oleh dokter spesialis paru” ujar Kadis Kesehatan Dharamasraya.
Ia mengimbau masyarakat agar menerapkan pola hidup sehat dan bijak dalam menanggapi isu yang beredar di tengah masyarakat.
“Selain itu masyarakat juga dapat melakukan penyemprotan desinfektan secara mandiri menggunakan antiseptik yg mudah diperoleh seperti cairan pel, clori atau pemutih yang diencerkan,” pungkasnya (Ard).